Pagelaran Wayang Kulit "Lahire Wisanggeni" Lestarikan Budaya dan Eratkan Silaturahmi
22 Sep 2025 10:20

Malam itu, Joglo Pendopo dipenuhi tamu undangan dan warga sekitar yang antusias menyaksikan pertunjukan seni tradisional ini. Acara dibuka dengan penyerahan tokoh wayang secara simbolis, menandai dimulainya pertunjukan oleh Wakabareskrim Polri, Irjen Pol Raden Yoseph Wihastono Yoga Pranoto, menyerahkan tokoh wayang Wisanggeni kepada dalang pertama, Prof. Dr. KPH. H. Yanto S.K, S.H, M.H. Disusul oleh Wakil Bupati Gunungkidul, Joko Parwoto, S.E, M.M, yang menyerahkan tokoh wayang Abimanyu kepada dalang legendaris, Ki Purbo Asmoro.
Kolaborasi dua dalang hebat ini-Prof. Dr. KPH. H. Yanto S.K, S.H, M.H. dan Ki Purbo Asmoro-menjadi daya tarik utama. Keduanya membawakan lakon "Lahire Wisanggeni", sebuah cerita yang kaya akan pesan moral dan nilai-nilai luhur. Tak hanya menjadi hiburan, kegiatan ini juga diselenggarakan dalam rangka Cipta Kondisi Keamanan dan Ketertiban Masyarakat (Kamtibmas) di wilayah Gunungkidul. Melalui seni, pesan-pesan positif tentang persatuan, kerukunan, dan ketertiban diselipkan dengan cara yang ringan dan mengena.
Wisanggeni adalah putra istimewa Arjuna dengan bidadari Batari Dresanala, yang lahir di kawah Candradimuka dengan kesaktian luar biasa, sehingga ia dikenal sebagai "racun berapi". Kelahirannya tidak biasa karena ia lahir di luar kodrat dan sempat diburu dewa, namun ia tumbuh menjadi ksatria pemberani dan tegas yang tidak gentar melawan kezaliman, bahkan mengobrak-abrik kahyangan untuk mencari tahu jati dirinya.
Kehadiran sejumlah tokoh penting dari berbagai instansi menambah bobot acara ini. Turut hadir antara lain Wadir Lantas Jateng AKBP Bagus Edy Sumantri, S.I.K., Kapolres Bantul AKBP Novita Eka Sari, S.H., S.I.K., M.H., Kapolres Gunungkidul AKBP Miharni Hanafi, S.I.K, M.M., serta jajaran ketua pengadilan negeri, kapolsek, hingga lurah se-Kapanewon Semin, menunjukkan dukungan kuat terhadap pelestarian seni budaya sekaligus memperkuat sinergi antara aparat pemerintah, penegak hukum, dan masyarakat.
Pagelaran wayang kulit ini membuktikan bahwa seni tradisional masih memiliki tempat di hati masyarakat. Lebih dari sekadar tontonan, acara ini menjadi wadah untuk merajut kebersamaan, menjaga tradisi, dan menanamkan nilai-nilai luhur kepada generasi penerus.
Tribrata News Terkait
Jangan lupa baca juga berita-berita online terkait di bawah ini