polresjogja@gmail.com (0274) 543920

Jaringan Gusdurian Gelar "Jalan-Jalan Toleransi" di Yogyakarta, Polsek Gondomanan Kawal Kebhinekaan

25 May 2025    10:41

Dalam sebuah inisiatif yang memperkuat simpul-simpul toleransi dan kerukunan antarumat beragama, Jaringan Gusdurian Yogyakarta menggelar kegiatan "Jalan-Jalan Toleransi" dengan titik start dari GKI Ngupasan Kota Yogyakarta pada Sabtu pagi (24/5/2025). Acara yang diikuti sekitar 50 peserta dari berbagai kalangan masyarakat, mahasiswa, pemuda lintas iman, dan pegiat Gusdurian ini dikawal oleh personel Polsek Gondomanan Polresta Yogyakarta, dipimpin langsung oleh Kapolsek Gondomanan Kompol Suwardi S.Pd, S.H.

Kegiatan ini bertujuan untuk mempererat tali silaturahmi, memahami perbedaan, dan membangun kedamaian di tengah keberagaman. "Jalan-Jalan Toleransi" merupakan langkah nyata untuk saling mengenali antaragama, serta belajar nilai-nilai damai yang diajarkan oleh setiap agama dan kepercayaan.

Rute "Jalan-Jalan Toleransi" kali ini mengunjungi tiga rumah ibadah bersejarah di Yogyakarta: Gereja Kristen Ngupasan, GPIB Marga Mulya, dan Gereja Katolik Kidul Loji.

Setibanya di GPIB Margomulyo, peserta disambut hangat oleh pihak gereja, yang dipimpin langsung oleh Pdt. Boydo Hutagalung. Dalam suasana yang akrab dan terbuka, diskusi diawali dengan pemaparan singkat mengenai sejarah GPIB Margomulyo, yang dibangun pada masa pemerintahan kolonial Belanda dan menjadi bagian dari dinamika kehidupan keagamaan di Kota Yogyakarta.

Pdt. Boydo menjelaskan bahwa GPIB berdiri atas semangat pelayanan dan kasih, serta berkomitmen membangun kehidupan bersama yang inklusif. Ia menekankan bahwa "kasih terhadap sesama manusia adalah inti ajaran Yesus Kristus," dan hal itu menjadi pondasi gereja dalam membuka diri terhadap kerja sama lintas iman.

Diskusi kemudian berkembang ke peran gereja dalam masyarakat. GPIB Margomulyo secara rutin melaksanakan pelayanan sosial, seperti pembagian sembako, program pendidikan untuk anak-anak prasejahtera, serta partisipasi aktif dalam forum lintas agama di tingkat kota. "Kami percaya bahwa gereja harus hadir bukan hanya untuk umatnya, tetapi juga bagi seluruh masyarakat," ujar Pdt. Boydo.

Menanggapi pertanyaan peserta mengenai hubungan gereja dengan komunitas agama lain, pihak gereja menjelaskan bahwa mereka memiliki hubungan baik dengan pengurus masjid dan tempat ibadah lain di sekitar Malioboro, termasuk melalui kegiatan bersama saat perayaan hari besar nasional maupun saat tanggap darurat bencana. Salah satu peserta dari komunitas Gusdurian menyampaikan kesan positif atas keterbukaan GPIB, menuturkan bahwa pengalaman langsung berinteraksi memberikan pemahaman lebih dalam dibanding hanya membaca dari buku atau media sosial.

Sebagai penutup, Pdt. Boydo menyampaikan harapannya agar kegiatan seperti ini tidak berhenti sebagai simbolik, tetapi terus dilanjutkan dalam bentuk kerja sama konkret. "Kami siap membuka pintu, berdialog, dan berjalan bersama siapa pun yang ingin menjaga kedamaian dan kerukunan bangsa," tegasnya.

Perjalanan toleransi dilanjutkan ke Gereja Katolik Santo Fransiskus Xaverius (FX) Kidul Loji, di mana para peserta disambut hangat oleh Bapak Bambang Suratmoko, selaku pengurus Bidang Kemasyarakatan. Diskusi berlangsung dalam suasana akrab, terbuka, dan penuh semangat persaudaraan.

Bapak Bambang menyampaikan sejarah singkat gereja FX Kidul Loji yang merupakan salah satu gereja Katolik tertua di Yogyakarta. Ia menjelaskan bahwa gereja ini tidak hanya berfungsi sebagai tempat ibadah, tetapi juga sebagai pusat pelayanan sosial dan pemberdayaan masyarakat.

Diskusi kemudian fokus pada peran gereja dalam membangun toleransi lintas iman. Bapak Bambang menegaskan bahwa Gereja Katolik sangat menjunjung tinggi nilai-nilai kasih, perdamaian, dan penghargaan terhadap martabat setiap manusia. Menurutnya, ajaran Katolik mengajak umat untuk hidup berdampingan secara damai dengan siapa pun, tanpa melihat perbedaan agama, suku, maupun budaya.

Disampaikan pula bahwa Gereja FX Kidul Loji secara rutin menjalin komunikasi dan kerja sama dengan tokoh-tokoh agama serta pengurus tempat ibadah lain di Kota Yogyakarta. Hal ini terwujud dalam kegiatan forum lintas iman, bakti sosial lintas komunitas, dan keterlibatan aktif dalam respons kemanusiaan saat terjadi bencana.

Menanggapi pertanyaan peserta mengenai praktik kerukunan dan tantangan intoleransi, Bapak Bambang menjelaskan bahwa gereja berupaya menanamkan semangat keterbukaan kepada umat, serta melibatkan mereka dalam kegiatan sosial yang inklusif. Ia menutup pemaparannya dengan menyampaikan bahwa "kedamaian tidak bisa dibangun hanya dari dalam tembok gereja, tetapi harus dibawa keluar, ke tengah masyarakat yang majemuk." Ia juga mengapresiasi inisiatif Gusdurian dan berharap kegiatan seperti ini bisa terus digalakkan sebagai bagian dari upaya merawat persaudaraan kebangsaan.

Diskusi ditutup dengan refleksi bersama dan saling berbagi harapan agar kerja sama lintas iman di Yogyakarta bisa terus tumbuh dengan semangat saling percaya dan saling belajar.

Kapolsek Gondomanan Kompol Suwardi S.Pd, S.H., menyampaikan, "Kegiatan ini merupakan bentuk nyata dari upaya penguatan toleransi lintas iman yang difasilitasi oleh Jaringan Gusdurian Yogyakarta. Dengan pendekatan kultural dan partisipatif, kegiatan ini bertujuan mempererat silaturahmi, membangun ruang dialog, dan menumbuhkan kesadaran kolektif atas pentingnya hidup berdampingan secara damai di tengah keberagaman." Ia menegaskan, "Selama kegiatan berlangsung, situasi aman dan kondusif." (Humas polsek Gondomanan)


Tribrata News Terkait

Jangan lupa baca juga berita-berita online terkait di bawah ini